04 Januari 2009

Jangan Panggil Aku Gay (5)

By. Dian T Indrawan

Aku tahu bahwa memang hubunganku dengan Devin tak seindah hubunganku dengan Sulis. Namun aku masih bandel untuk berhenti chatting, dalam seminggu aku bisa chatting sekitar dua hingga tiga jam sehari hanya demi mencari kepuasan batin sesaat. Hari ini aku chatting dan bertemu dengan seseorang yang baik sekali. Ia adalah seorang pengusaha hotel melati di sekitar kampus biru. Aku tahu umurku dengan umur dia sangatlah jauh. Aku selalu memanggilnya dengan sebutan Ronny. Ia sangat dewasa dan membimbingku. Ia juga selalu menasihatiku jika aku berbuat kesalahan.

Bagiku ia adalah orang yang bijaksana dan pengertian terhadap pasangan. Aku juga sering berbagi cerita tentang kehidupanku sebenarnya kepadanya. Bagiku juga ia adalah orang yang dapat menerima semua curahan hatiku selama ini selain di dalam buku ini. Terimakasih Tuhan, Engkau telah menemukan pelabuhan yang baik kepadaku. Terimalah sujud syukurku untuk-Mu walau hubungan sesama jenis terkutuk bagi-Mu dan biarlah hanya aku dan Engkaulah yang mengetahuinya.

Matahari menyingsing dari ufuk fajar di pagi hari, aku beranjak dari tempat yang penat karena mimpi. Bergegas untuk pergi ke tempat menuntut ilmu adalah bagian dari kebiasaanku yang tak dapat ditinggalkan. Namun pikiranku bercabang dan didalam hati, aku berkata bahwa nanti sepulang sekolah aku harus bisa chatting kembali. “Apa aku harus membolos agar aku dapat chatting sepuasnya hari ini?” tanyaku didalam hatiku.

Akhirnya aku putuskan untuk membolos dan akupun chatting sepuasnya. Aku chatting kemudian aku bertemu dengan anak SMA yang sedang chatting. Ternyata ia juga senasib. Aku berkenalan dengannya, sebut saja ia Faisal. “Kamu chatting untuk sekedar mencari kepuasan dari kenikmatan sesaat atau mencari teman yang senasib?” Tanya Faisal kepadaku.

Sebenarnya aku lebih suka mencari teman yang baik, tapi kenapa jika chatting malah mereka hanya mencari kepuasan dari kenikmatan sesaat dengan sangat bebas? Apa mereka tak takut terkena penyakit?” jelasku. Aku menyadari bahwa jarak umurku dengan Faisal berbeda satu tahun tapi, aku mulai suka dengannya hanyalah sebatas teman biasa.

Indra, aku pulang duluan ya…, aku mau ketemuan nih ma cowok….” Kata Faisal. Aku pun melanjutkan chatting hingga sore.

29 Oktober. “Indra…. Bangun! Jangan malas-malasan, jadi pria itu jangan seperti banci.” Teriak Mom, setiap pagi yang aku dengar hingga bosan dengan kata-kata tersebut. Seolah-olah aku hanyalah orang yang tidak memiliki masa depan yang jelas. Aku tak tahu apa yang menyebabkan, Mom tiba-tiba berubah. Dulu ia selalu mendukungku apa yang aku inginkan namun kini sudah berubah.

Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan segera mandi dan tidak memperdulikan Mom, Dad ataupun orang disekitarku. Tuhan, apa dari dulu mereka sudah tahu aku namun tak mengetahui isi hatiku, dan semua keinginanku? Tak seperti biasanya aku mendapat ganjalan seperti ini. Dengan sedikit emosi aku pun langsung berangkat ke sekolah, walau di sekolah aku tak mengikuti pelajaran hingga selesai karena harus melaksanakan tugas OSIS disekolah yaitu mewakili sekolah untuk mengikuti lomba Paduan Suara tingkat propinsi.

Ndra, kamu tak lupakan memberi semangat ke team kami…?” Tanya Pranoto dengan logat bahasa Betawinya yang dicampur dengan bahasa Jawa yang khas. “Jelas tidak, aku ‘kan supporter kalian…., tapi nanti kalian dukung aku dulu ya di lomba paduan suara, nanti aku juga menjadi penggembira teman kita yang ikut lomba MTQ.” Ungkapku kepada Pranoto saat sebelum masuk ke kelas.

Jam tanganku menunjukkan pukul 09.15 waktu istirahat pun telah tiba, peserta lomba yang dikirim oleh sekolah pun berkumpul di mushola sekolah untuk mengikuti pembekalan terakhir dari guru pembimbing lomba dari berbagai kategori. Berhubung aku dan Vicko adalah pengurus OSIS, maka aku pun tak mengikuti pembekalan karena harus mengurus surat izin untuk meninggalkan pelajaran. Aku sangat kaget ternyata yang mengikuti lomba tak hanya kelas dua saja, namun kelas satu dan kelas tiga pun banyak yang mengikuti lomba tersebut. Ya…. Sekitar 40 orang.

Vic, sudah semua belum?” Tanyaku kepada Vicko.

Sudah, Tinggal minta tanda-tangan guru BK dan wakil Kepala sekolah, terus baru kita bagikan ke masing-masing kelas.” Jawabnya dengan tegas.

Buruan Ndra, kita udah mau berangkat nih….,” sahut Anggie salah satu anggota teater di sekolahku.

Akhirnya, kami berangkat menuju lokasi perlombaan menggunakan kendaraan pribadi yang kami miliki karena kapasitas kendaraan yang dimiliki oleh sekolah tidak mencukupi kapasitas peserta. Entah apa yang terpikir olehku saat ini, rasa cemas, senang pun jadi satu. Aku tak dapat mengatakan dengan kata-kata.

Wow…., keren banget ini sekolah. Terlihat megah, lagi pula juga bersih. Kapan sekolah kita dapat melebihi sekolah ini dengan kualitas yang melebihi sekolah ini pula?” Ungkapku dalam hati.

Hoi…., bengong saja…. Ayo cepetan daftar ulang kelompokmu.” Bentak Pranoto dengan ramahnya.

Hehehehe…, iya deh!” Jawabku.

Akupun bergegas menuju ke tempat biro informasi untuk daftar ulang lomba paduan suara. Setelah rombongan kami mendaftar ulang, kami pun menunggu giliran di sebuah ruangan yang tertulis dengan jelas, “Ruang Paduan Suara”. Walaupun sekolah itu kecil namun fasilitas yang ada sangatlah lengkap serta kualitas pendidikan diesekolah tersebut sangatlah baik.

Hadirin yang terhormat, inilah peserta berikutnya…. Paduan Suara SMU Matahari Terbit Tiga……dengan kondektur Indra.” Teriak MC yang berada di ruangan tersebut.

Kami pun bersiap menuju podium untuk menyanyikan beberapa lagu pilihan dan satu lagu wajib yang telah kami persiapkan matang-matang. Wuh, benar-benar melelahkan, walaupun hanya bernyanyi tapi sangatlah melelahkan. Tetapi bagi sang jiwa yang sedang berbahagia di hari itu, maka akan mempersembahkan rahasia-rahasia hatinya dengan kebahagiaannya.

Kami pun pulang ke sekolah dengan sedikit kecewa karena tidak dapat mewakili ke tingkat nasional. Namun kami tidak putus semangat karena satu bulan mendatang, kami pentas di sebuah pembukaan konfrensi dua tahun sekali yayasan pelajar matahari terbit di salah satu universitas swasta yang juga bernaung dibawah yayasan matahari terbit di daerah Jalan Ring Road barat.

30 Oktober. Tuhan, entah apa yang diriku rasakan, jiwaku telah menyembunyikan nafsu. Tuhan, lebih baik diriku ini memendam semua keluhan dari semua orang yang memandangku sebelah mata. Memang rahasia dalam hatiku kini telah menyusahkan hati ketika mata yang menangis dan meneteskan air mata yang panas dan tulang rusuk yang membengkak, memang diriku tak mungkin mendapatkan kenyamanan kecuali dalam kata-kata dan keluhan yang selalu kusimpan dalam hati yang terdalam.

Sang Pencipta Yang Agung, malam yang Kau ciptakan bagaikan kekasih yang sengaja kau kirim dari surga untukku, namun malam hanyalah hantu yang menjelma. Malam ini adalah malam kerinduan yang memabukkan bagiku, karena aku tak tahu apa yang kupikirkan. Saat ini hanyalah ingin melupakan semua yang telah terjadi.

Mom, Indra boleh meminta sedikit uang?” pintaku dengan sopan kepada Mom.

Untuk apa? Apakah untuk meneruskan kursusmu itu?”

Mom, Indra ingin sekali dapat menguasai Internet dengan baik.”

Akhirnya Mom memberiku sejumlah uang namun dengan syarat, jika itu digunakan yang tak berguna maka Mom takkan memperdulikanku lagi. Tetapi diriku ini tak pernah memperdulikan nasihat orang tua. Tetap saja aku pergi dengan uang dari pemberian Mom, untuk chatting sepuasnya pada malam itu.

Aku menyadari bahwa diriku ini terlalu hina di dalam keluarga. Dari chatting pada malam ini, aku pun bertemu dengan orang asing yang berkebangsaan Australia. Sebut saja ia John. Dia sebenarnya sangat kaya di negaranya namun ia di Indonesia ini, hidup dengan sangat sederhana. Karena baginya hidup sederhana adalah sesuatu yang indah. Dengan pertemuanku dengan John aku mendapat pandangan baru tentang arti hidup yang sesungguhnya.

1 November. Dengan langkah sedikit ragu, aku berangkat menuju kerumah John yang memang tak jauh dari rumahku. Memang orang tuaku tak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada diriku. Aku berteman dengannya sangat baik, namun hari ini aku telah membuat kekecewaan terhadapnya.

Ya, itulah aku. Aku selalu buat kecewa orang terdekatku. Namun semua ini aku lakukan hanya untuk mencari jati diri yang sebenarnya. Apakah aku ini memang gay ataukah bukan, memang ini sedikit mengorbankan orang tua dan anggota keluarga yang lain. Aku hanya berdo’a kepada yang khalik, agar orang tuaku dapat bertabah jika ini memang benar adanya.

Ndra, tak ada orang yang dapat menghentikan orang yang keras kepala dari upaya meraih cita-cita dan tidak ada satu orang pun yang dapat menolong orang yang bersikap keliru...” kata-kata ini selalu mengiang ditelingaku. Entah siapa yang mengatakannya, tapi seingatku kalimat yang terucap itu ku dapatkan melalui mimpiku tadi malam. Kadang-kadang akupun bertanya kepada diriku sendiri. “Untuk apa aku susah payah begini, jika akhirnya nanti aku sengsara dan selalu dipermainkan oleh mereka?” Memang aku ini bukanlah pria suci ataupun sok suci. Aku selalu berusaha memperbaiki kepribadianku demi menemukan jati diriku sebenarnya. Namun cara ini sama saja. Aku belum bisa menemukannya, sekarang ini hanyalah nafsu saja yang ada dalam benakku.

Sekali aku melihat sosok seorang pria muda yang berparaskan menarik, perasaanku pun menjadi gemetar. Entah apa, grogi? Ataupun yang lain. Beginilah hidup yang harus aku jalani, namun aku tak pernah tinggal diam. Karena ketika berhadapan dengan tantangan, yang aku cari adalah jalan, namun bukan jalan keluar.

Diriku kini merasa putus asa dan mungkin merasa lebih hina dari biasanya. Aku telah membohongi orang yang telah mempercayaiku dan mencuri beberapa keeping VCD Porno milik John untuk aku jual. Saat ini aku memang bajingan, tapi ini aku lakukan karena mereka itu menganggapku busuk. Saat ini semuanya serba salah, dan tidak seperti biasanya. Ketika jalan yang kulalui terasa mendaki, ketika uang hanya sedikit dan hutangpun melilit, dan aku kini ingin tersenyum, tetapi aku memaksa untuk mengeluh. Ketika semua urusan terasa membebani, istirahat itu perlu, tapi jangan berhenti.

Hidup ini aneh bila tanpa lekuk dan liku, seperti yang biasa kita alami, dan banyak sekali kegagalan yang kita jumpai. Ketika semuanya harus berhasil, ada saja yang terus menghalangi. Namun jangan menyerah kendati gerak maju tampak lamban, siapa tahu berhasil pada usaha berikutnya. Keberhasilan adalah sisi lain dari kegagalan, seperti tinta emas di balik awan surga yang dipenuhi dengan keraguan, dan aku tak pernah tahu seberapa dekat tujuanku. Mungkin sudah dekat ketika bagimu terasa jauh, maka tetaplah berjuang bahkan ketika hantaman semakin keras. Ketika segalanya mulai terlihat memburuk atau lebih buruk, aku tetap tak boleh berhenti.

1 Juni 01.00. Malam ini sangat sunyi, jalanan sepi bahkan penghuni yang lain pun tidak terlihat satu pun. Aku berjalan menyusuri jalan yang sepi itu. Tiba-tiba aku mendengar sapaan anjing jantan yang terlihat seram. Tapi aku tidak merasa curiga kepadanya karena diriku pun sama sepertinya. Anjing jantan memberiku sesuatu yaitu tumpangan untuk pulang ke rumah, tapi aku menolak. Yang aku inginkan adalah menelusuri jalan hingga tiba dirumah. Akan tetapi dia tidak menyerah atas sikapku ini. Ia mengejarku dan akhirnya pun aku dibawanya beserta kelompotan anjing jantan lainnya.

Mereka mulai menggodaku, mengembus badanku. Layaknya aku ini adalah seekor betina yang kesepian dan haus akan seks. Inilah kehidupan yang selalu saja melampiaskan nafsu bejatnya ke yang lain. Akhirnya aku tak benar-benar pulang ke rumah karena aku dibawa mereka ke tempat mereka bersembunyi. Aku merasa sakit ketika mereka memasukkan sesuatu didalam lubang kenikmatanku ini. Tetapi mereka tak peduli semuanya yang terjadi terhadapku.

Mereka hanya memikirkan bahwa aku hanyalah anjing jantan yang dapat memuaskan nafsu bejat mereka. Mereka puas hati mereka senang, aku sakit mereka tak peduli. Itulah kehidupan malam yang sangat kejam dan hadir membayangi ragaku hingga aku terperosok karenanya.

Entah apa yang terjadi terhadap hidupku kini…. Aku sangat hina kini, tetapi aku tak boleh menyerah jika belum menemukan jati diriku sebenarnya. Aku hanya ingin semua tahu bahwa aku ini ada dan hingga semua tidak lagi menghinaku. Kini pun aku tak memiliki harga diri yang dapat dibanggakan namun aku pun bertemu dengan seorang teman sebut saja dia Reza dan Tata. Mereka sangat baik kepadaku. Mereka sering berbagi cerita kepadaku tentang kejamnya dunia homoseksual yang sedang aku telusuri ini.

Malam telah datang menemani hariku yang penuh kebimbangan dan kesendirian. Tapi aku bahagia ketika didekat Reza walaupun aku mencintainya, akan tetapi aku hanya ingin nafsu bejatku terpenuhi. Aku telah menjalani hubungan ini sudah dua minggu, tapi aku hanya menganggap Reza sebagai orang yang dapat memuaskanku saja dan tak lebih dari itu.

Kini aku telah meninggalkannya karena aku tak mau larut dalam kenikmatan sesaat itu.

Krrrrrrrrringggggggg…..” (“Telepon rumahku berdering”)

Halo…., Selamat siang! Bisa bicara dengan Indra?”

Siapa ini?

Reza

Aku pun lari menuju ruang makan untuk menerima terlpon dari Reza.

Ya halo…. Kok tumben telpon aku?” Tanya ku tanpa berfikir jika Reza sedang emosi.

He…. Kamu pikir aku itu apa? Apakah kamu mencintaiku hanyalah sebagai mesin sex yang dapat memuaskan nafsumu saja?” terangnya dengan penuh emosi.

…………….

Oh…. Sudah jelas sekarang bahwa kamu mencintaiku hanya karena inginkan kelaminku saja. Dasar kamu itu pria……

Tanpa berpikir panjang aku pun langsung menutup telepon karena aku tak mau mendengarkan protes darinya.

Semua omongan yang datang dari mulut-mulut serigala diluar sana selalu menghiasi kehidupanku. Mereka mencaciku dari hari ke hari tanpa henti. Aku sadar bahwa diriku hanya membutuhkan seseorang yang dapat mengertiku. Teman-temanku banyak sekali yang menjauhiku karena keadaanku yang seperti ini. Mereka baik terhadapku karena mereka membutuhkan sesuatu dariku. Tuhan, apakah ada jaring-jaring cinta yang dapat aku gunakan untuk menjaring jiwa-jiwa yang telah membenciku? Aku ingin mereka tahu siapa aku sebenarnya. Semua orang tidak ingin dilahirkan dengan keadaan seperti ini.

Ya…. Tuhanku yang Maha Esa, Aku sudah lama menderita, aku berpikir bahwa aku hampir tidak mampu mengurus diriku sendiri. Aku tak bermaksud mempermainkan mereka, aku hanya menyimpan dendam kepada mereka yang telah mempermainkanku, mengecewakan, membenci dan mencaciku. Apakah aku ini juga anak durhaka sampai dendam dengan Dad dan Mom? Mereka selalu sok tahu terhadap diriku, mereka ingin memaksaku untuk harus memahami isi hati mereka. Akan tetapi aku tak dapat melakukan kehendak Mom dan Dad. Mereka semua picik terhadapku.

Di dunia yang menyedihkan, derita selalu datang tak pandang bulu dan sering disertai siksaan yang tak terperi. Pencegahan yang optimal, itu mustahil, kecuali menunggu waktu yang tepat. Kini mereka yakin bahwa aku tak mungkin membaik. Namun semua ini tidak benar. Aku pasti akan bahagia lagi. Dengan menyadari semua ini, sungguh-sungguh mempercayai mereka, membuatku semakin sengsara. Aku punya cukup alibi ‘tuk mengatakan semua bahwa aku mencintai Anton. Aku mencintaimu Anton….!!!

Anton adalah seorang kewarganegaraan Belanda yang aku kenal ketika aku sedang duduk sendiri disuatu tempat yang cukup ramai dipadati oleh pengunjung disekitar jalan parangtritis. Ya memang, ketika aku berada di temapt itu aku merasa sangatlah seperti pelacur pria yang mencari akan seks semata. Setelah aku berkenalan dengan Anton, ia tak pantas aku permainkan. Karena aku tahu orang asing lebih suka menghargai orang lokal. Dari cara berbahasa, tingkah laku, dan lain sebagainys.

Hari lepas hari, aku mulai terpesona oleh ketampanannya dan kepribadiannya. Ia sangat berbeda dengan yang lain. Ia sangat pengertian terhadap pasangannya. Saat ini aku masih berteman dengannya.

Indra, maukah kamu menjadi pacarku?” pintanya kepadaku.

Pacar? Mengapa semuanya begitu cepat terjadi? Kita ini berbeda dan banyak sekali perbedaan yang terdapat dalam diri kita.

Apakah kau dapat menjawab pertanyaanku sekarang? Jika kamu menerimaku maka aku akan mengunjungimu setiap tiga bulan sekali.”

Mmmmmm, aku masih bimbang dengan pernyataan cintamu kepadaku.” Jelasku kepada Anton.

Bimbang? Mengapa kamu harus bimbang dengan semua ini? Kita berdua akan saling mengenal satu sama lain ketika kita sudah bersatu.”

Baiklah, aku siap untuk menjadi pacarmu tapi bagaimana dengan orang tuaku nanti….” Lanturku padanya.

Dua hari setelah kami jadian, Anton memutuskan untuk kembali ke Belanda untuk bekerja karena liburan di kotaku ini telah usai dan ia pun berjanji kepadaku bahwa dia akan datang pada satu purnama. Oh…, hatiku kini merasa bahagia setelah menerima Anton menjadi seseorang yang aku sayangi. Dialah yang selalu mendukungku untuk mencapai semua cita-citaku. Terima kasih Tuhan…., Kau telah menyatukannya kepadaku. Semoga inilah yang terbaik dan dialah yang terbaik bagiku kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
SPOT ABU-ABU - Free Blogger Templates, Free Wordpress Themes - by Templates para novo blogger HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords