01 Mei 2009

Mengungkap Ketidakadilan Gender Kaum LGBT

By Dian T Indrawan


Dewasa ini masih banyak terjadi ketidakadilan gender di Indonesia. Tak hanya perempuan heteroseksual saja yang menjadi korban dari ketidakadilan gender ini, tetapi kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) juga terkena imbasnya. Sebagai contoh yang lebih konkrit adanya garukan teman-teman transgender (waria)[1] yang sedang mangkal untuk mendapatkan rezeki di tempat-tempat tertentu dengan alasan yang tidak jelas. Pernah saya bertanya kepada salah seorang anggota aparat yang sering bertugas untuk melakukan garukan tersebut. Sebut saja dia bernama Ruslan (bukan nama sebenarnya), dia merupakan salah seorang anggota intel di POLDA Sumatra Utara. Dia mengatakan bahwa dia tidak mengetahui secara pasti apa alasan yang real untuk melakukan garukan tersebut. Hal ini menjadi dilema tersendiri bagi teman-teman waria. Selain dari itu, ketidakadilan akan profesi dari teman-teman waria namun berlaku untuk semua kalangan LGBT adalah ketidakadilan hak-hak seksual dan reproduksi. Seksualitas yang dimaksud disini memiliki makna yang luas yaitu sebuah aspek kehidupan menyeluruh meliputi konsep tentang seks (jenis kelamin), gender, orientasi seksual dan identitas gender, identitas seksual, erotism, kesenangan, keintiman dan reproduksi. Seksualitas dialami dan diekspresikan dalam pikiran, fantasi, hasrat, kepercayaan/nilai-nilai, tingkah laku, kebiasaan, peran dan hubungan[2].


Dari pendapat diatas terbentuk dua pemikiran yang berbeda dari faham yang berbeda pula. Kedua pandangan itu yang pertama adalah pandangan esensialisme yang menyatakan bahwa orientasi seksual hanya heteroseksual, identitas seksual sesuatu hal yang terberi dan sifat seksualitas seseorang hanya terdiri dari 2 jenis yaitu laki-laki (maskulin) dan perempuan bersifat feminin. Jika dilihat dari segi esensialisme inilah menyebabkan kalangan yang berada diluar mainstream ini disebut kelompok yang tidak normal. Sedangkan pendapat yang kedua adalah pandangan contructionism yang memiliki pandangan bahwa bukan hanya gender, namun juga jenis kelamin, orientasi seksual maupun identitas gender adalah hasil konstruksi sosial. Sebagai sebuah konstruksi sosial, seksualitas bersifat cair, dan merupakan suatu kontinum sehingga jenis kelamin tidak hanya terdiri dari laki-laki dan perempuan namun juga intersex dan transgender/transeksual, orientasi seksual tidak hanya heteroseksual namun juga homoseksual dan biseksual.


Terlepas dari kedua pandangan diatas terdapat juga ketidak adilan gender yang berupa stigma-stigma yang ada di masyarakat masih dianggap sebagai momok tersendiri yang kemudian menjadi sesuatu yang sensitif di lingkungan masyrakat. Padahal dibalik semua itu kaum LGBT banyak yang berprestasi.



[1] Biasanya terjadi pada transgender laki-laki berpenampilan perempuan (Male to Female)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
SPOT ABU-ABU - Free Blogger Templates, Free Wordpress Themes - by Templates para novo blogger HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords