04 Januari 2009

Jangan Panggil Aku Gay (7)

By. Dian T Indrawan

Dengan langkah sedikit tegang aku menghampiri Dad dan mengatakan padanya, “Dad ada anak baru disekolahku. Ia berbeda dariku dan tidak begitu pendiam. Tidak, ia sama sekali tidak sama sepertiku, tidak sepertiku. Ia selalu bernyanyi di depan teman-teman dengan gayanya yang lucu dan aneh. Namun ia selalu juara dalam setiap perlombaan. Terkadang ia lupa dimana letak base yang pertama. Dia itu tak sama sepertiku, sama sekali tidak sepertiku. Acapkali ia mengajakku ngobrol, terkadang aku tidak mengerti yang ia bicarakan. Ia sama sekali tak sepertiku. Wajahnya tampan dan tampak berbeda dariku, dia lucu dan satu hal yang aku tahu darinya, ia tak sama seperti aku!

Indra, aku ingin kau mengetahui bahwa apabila kau bertemu dengan seseorang yang baru dan berbeda itu mungkin aneh bagimu, tapi semua ini nyata. Tetapi ia tak jauh berbeda denganmu, dari dirimu.” Jawab Dad dengan penuh kebijaksanaan ketika aku curhat tentang aku bertemu Wicaksono beberapa hari yang lalu.

Memang aku akui, aku telah melihat wajahnya, ketika ia kalah dalam sebuah pertandingan, ia sangat kecewa. Dan ketika anak lain menertawainya, kulihat dia sedih sekali. Kupikirkan semua ini tidak begitu berbeda dariku dan itu tidak jauh berbeda dariku. Ketika dia berkata padaku atas perasaannya padaku, aku tahu ia sangat penuh keraguan sama sepertiku. Dan semua yang terdapat pada dirinya tidak jauh berbeda dariku. Ia sangat ramah, dan tak lupa menyapa teman-temannya. Ia selalu membelaiku dan memanggilku. Ia senang berteman dan ikut bermain. Jelas sekali ini tidak jauh berbeda dariku.

Ketika sekolah mengadakan pesta perpisahan, ia dan teman-temannya tersenyum bangga. Dan itu tak berbeda denganku karena aku juga tersenyum bangga bersama teman-temanku.

Dad, ingat dengan teman baruku? Mm, aku telah merenungkan semua. Ternyata ada yang berbeda… dan ada yang tidak… namun dalam banyak hal, ia sungguh tak berbeda dariku. Ya teman baruku…. Banyak mirip sepertiku.” Kataku kepada Dad.

Untuk menjawab pernyataan Wicaksono, aku tulis surat disebuah program radio swasta dikotaku. “Oh Wicaksono, maafkan aku jika aku tak dapat menerima sebagai seorang yang aku sayangi. Sekali lagi yang dapat ku ucapkan padamu hanyalah kata maaf.”

Malam minggu dikotaku ini sangat ramai, jalanan kota macet dan banyak anak muda menikmati waktu akhir pekannya bersama teman-temannya. Tanpa kecuali diriku, namun aku menikmati malam mingguku tak sama seperti yang lain. Aku datang disebuah warung makan yang gosipnya, warung makan ini adalah warung makan khusus kaum gay. Mengapa demikian? Karena banyak orang yang mengatakan bahwa dari pemilik hingga karyawannya itu semua gay. Akan tetapi itu tidak menyurutkanku untuk melepas waktu akhir pekanku dengan makan ayam goreng disitu.

Selamat malam! Mau makan apa?Sapa salah satu pelayan.

A-A-A ups….. Tempe penyet aja deh, trus minumnya es jeruk ya.” Jawabku tergagap-gagap.

Pelayan itu keren juga, mirip dengan Samuel Rizal” kataku pada diriku sendiri.

Beberapa menit kemudian, pelayan itu datang membawa perangkat makan (sendok, garpu, piring, dan tempat cuci tangan).

Baru pertama kali ya, datang kesini?” tanyanya dengan senyumnya yang khas.

Iya…..

Tetapi kok sendirian, tidak sama teman-temanmu?

Mmmmm, orang seperti aku mana ada yang mau berteman denganku. Mereka lebih suka menghinaku, mencampakkanku, dan menjauhiku. Dan juga lebih suka berteman dengan orang yang sejalan dengannya.” Jawabku jujur.

AAN” ujarnya spontan.

Maksudmu?

Iya namaku Aan. Kamu siapa?”

INDRA” jawabku dengan tersipu malu dan sedikit senyum padanya.

Tetapi dia tidak dapat menemaniku lama karena ia harus kerja. Melayani pelanggan yang lainnya. Sesekali ia melirikkan matanya ke arahku, matanya mulai menggodaku. Namun itu semua kuanggap sebagai angin lalu. Pasalnya, diriku hanya berniat untuk makan. Seusai makan, aku bergegas untuk pulang dan segera membayar makananku yang telah aku makan.

Kok terburu-buru? Tidak main dulu, toh ini masih sore.” Ujarnya.

Iya nih mas. Sudah kemalaman, karena aku harus ke internet.” Jelasku singkat.

Kepulan asap rokok menemaniku mencari suatu artikel tentang jati diriku. Serasa tidak dapat kupercayai, bahwa ternyata banyak sekali teman-teman seperjuangan untuk mencari jati diri dan konsep diri, setelah aku membuka beberapa situs. Di dalam beberapa situs hanyalah berisi tentang informasi perkawanan seperti layaknya GAYa Nusantara yang didirikan oleh Dede Oetomo (salah satu tokoh pejuang Gay, red) namun, pada salah satu blog yang aku yakini sebagai salah satu yang menuliskan tentang kehidupan gay yang sesungguhnya. Akan tetapi ada juga yang hanya sekedar foto-foto erotis yang disebarluaskan.

Sebelum mengetahui situs-situs yang berguna, aku lebih suka menyempatkan untuk interaksi melalu chatting dan menonton gambar-gambar yang terbilang vulgar. Kini hidupku semakin terbuka, akan tetapi diriku sendiri masih merasa minder dan takut dengan keluarga yang notabene beragama Islam. Aku menyadari hidup yang seperti ini salah bagi agama yang aku anut, tetapi semuanya mengalir begitu saja seperti air. Tetapi setiap aku melihat tayangan televisi tentang kehidupan kaum gay, aku semakin merasa takut untuk mati maupun hidup. Aku masih merasa minder dengan semua yang ada saat ini.

Tiba-tiba dengan asal mengklik salah satu situs, aku menemukan tempat konsultasi yang tepat. Akupun mendaftar menjadi member disitus tersebut dan mulai berkonsultasi dengan psikolog-psikolog handal. Diriku mulai yakin dalam hidup setelah mendengarkan penjelasan tentang kaum homoseksual dari salah psikolog di website tersebut. Namun terlepas dari itu semua aku sendiri masih merasa takut untuk terbuka dengan kehidupanku yang sebenarnya. Walaupun setiap kali kupukirkan, hanyalah kebosanan yang terdapat dalam diriku kini. Kebosanan atas semua hal baik dari menutupi kepalsuan-kepalsuan dalam diriku hingga hidup yang begitu tidak jelas kemana arah yang harus aku pilih.

Tuhan, tangisan malam yang dingin telah menusuk tulang rusukku. Tetapi sampai saat ini aku masih bimbang dengan kehidupan yang akan datang untuk diriku. Dapatkah aku menjalani semua ini tanpa harus membuka jati diriku sebenarnya. Tuhan, setiap aku melangkahkan kakiku, serasa semua mata tertuju padaku. Setiap aku mengeluarkan suaraku, serasa semua telinga mendengarkanku. Aku merasa ketakutan terhadap kecurigaan semua orang terhadapku tentang siapa diriku yang sesungguhnya.

Berbagai cara telah kucoba, berbagai bukit telah kudaki, hanya ingin menutupi jati diriku yang sebenarnya. Namun kini aku telah lelah, bosan dengan semua kepalsuan yang kuciptakan. Apakah waktu yang kutunggu untuk membuka diri telah datang bagiku? Aku ingin mulai membuka topeng-topeng kepalsuanku yang selalu menutupi siapa aku sebenarnya. Tuhan, mengapa Kau ciptakan aku sebagai seorang laki-laki yang berhati wanita? Pantaskah aku untuk tetap mendapatkan cinta dari-Mu?

Kini liburan sekolah telah tiba, Mom selalu berpesan kepadaku. Namun jika hanya pesan saja itu tak mungkin karena Mom juga menyuruhku.

Carilah kegiatan saat waktu luang, isilah waktu luang ini dengan kegiatan yang positif.” Jelas Mom padaku.

Ya, Mom….., aku ngerti. Bolehkah aku mengikuti kelas model lagi? Atau ikut sebuah paduan suara?” tanyaku padanya.

Boleh asalkan kamu dapat membagi waktumu nanti. Karena di dunia hiburan tak semudah yang kamu bayangkan.” Nasihatnya kepadaku.

Mom akhirnya meninggalkanku dalam sepi karena beliau harus pergi mencari nafkah. Akupun masuk kamarku dan merenungkan semua nasihat Mom. “Mom, telah lama aku terkurung dalam sepi. Telah lama aku berada dalam situasi yang tak pasti. Inilah yang membuatku menjadi rapuh dan layu. Seolah-olah diriku ini menjadi mati. Tetapi aku akan terus berusaha ‘tuk bertahan. Inilah yang membuatku tak mudah rapuh seperti yang kau bayangkan. Apakah persetujuan darimu ini seratus persen setuju ataukah hanya setengah-setengah?

Mom, aku ingin berunjuk diri. Aku ingin mencoba mengekspresikan diriku dengan pasti. Mencoba untuk bersikap teguh dan kukuh. Aku ingin sekali membuka jati diriku yang sebenarnya. Entah apa yang membuatku tak bisa ataupun tak mampu. Aku ingin sekali menunjukkan bahwa aku ini mampu untuk eksistensi diriku tanpa ragu. Ragu dari tekanan-tekanan keluarga, teman-teman dan masyarakat. Mom, aku hanya bisa berkata: Inilah aku apa adanya. Seorang lelaki pecinta lelaki.” Renunganku dipagi hari yang dingin dengan tetesan embun dari Sang Yang Teragung.

Aku merasa dilema dengan keberadaanku ini, aku hidup diatas dua kehidupan antara dunia homoseksual dan heteroseksual. Tetapi aku yakin bahwa Tuhan tak mungkin mengkodratkanku seperti ini. Aku bukan banci, aku hanya gay.

Hari mulai beranjak siang yang panas menyengat kotaku yang berhati nyaman ini. Kukendarai motor dengan mencari informasi beberapa tempat kelas menari dan fashion. Akhirnya aku tiba disebuah studio tari dari salah satu penari Indonesia di kotaku ini. Dan akupun mulai mencari info bagaimana caranya untuk dapat bergabung disanggar yang terletak di jalan Godean, mereka pun menyabut kehadiranku dengan ramah walaupun aku hanya sekedar bertanya tentang cara bergabung dengan mereka. Menit berbagai menit kujelajahi untuk mendapatkan info disanggar tersebut. Setelah mereka menjawab semua pertanyaanku, kulanjutkan perjalananku untuk mencari info kelas fashion yang kudambakan sejak lama. Tak lama kemudian ada sebuah agency model tempat bernaungnya para fashion designer ternama dikotaku.

Selamat siang….. Ada yang dapat kami bantu?” sapa sang receptionist kepadaku.

Siang…., begini mbak saya ingin bertanya tentang kelas fashion design disini. Persyaratannya apa saja terus berapa biaya pendaftarana dan bulannya?” ucapku.

Persyaratannya hanya membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 50.0000, biaya pendidikan sebesar Rp 3.950.000 sudah termasuk wisuda dan dapat diangsur empat kali. Atau mas mau bayar lunas juga bisa.” Jelasnya singkat kepadaku dengan sedikit candaannya.

Mmmmmm…., ya sudah nanti saya datang kesini lagi. Karena harus rembukan dengan orang tua dulu. Terima kasih ya mbak, atas penjelasan singkatnya. Selamat siang!” jawabku.

Mungkinkah Dad dan Mom menyetujui semuanya? Entahlah, yang penting saat ini aku niat dalam menjalaninya. Seandainya Dad tidak menyetujui, aku yakin pasti Mom dapat menyetujui pilihanku. Walau semuanya sedikit ragu untuk menjalaninya.

Ndra, apa kamu tak merasa risih dikeliling banci-banci disana?” Tanya Dad kepadaku.

Mengapa harus risih, aku bukanlah homopobia. Selama mereka tidak mengganggu, aku akan baik-baik saja….”

Apa tidak sebaiknya kamu kursus komputer saja?

Dad, jangan paksa aku untuk kursus komputer. Aku dari dulu tidak menyukai bidang itu.” Ungkapku untuk membantah pendapat Dad.

Terserah kamu, tapi aku sebagai orang tuamu hanya bisa berkata TIDAK. Ya kalau itu sudah menjadi langkah jalanmu untuk menjadi BANCI”.

“Banci! Tidak semua pria yang bekerja di dunia fashion dan model itu banci. Mungkin Dad tak tahu, Angakatan Berseragam pun ada yang pagi kerja malam dandan (berubah menjadi banci, red), dokter rumah sakit pun juga ada kalau tidak praktek, mereka ada juga yang praktek dengan pria. Apakah mereka juga bukan BANCI?”

Indra, Banci itu tidak NORMAL!”

Kalau Dad tahu, apa itu normal? Mengapa ada yang disebut dengan tidak normal? Apakah Dad mengetahui banyak orang yang merasa normal, padahal mereka tak tahu apa batasan normal dengan tidak normal. Apa Dad hanya mengetahui normal hanya sebatas dapat dinilai sebagai realitas? Realitas seperti apa Dad?”

Sudahlah, Dad sudah lelah menasihatimu. Pilihlah jalan yang terbaik menurutmu.” Ungkapnya sambil berpikir untuk mengakhiri pertikaian kami.

Siapa mereka ini anakku? Apakah yang membuat kami tak percaya? Anakku, siapa mereka ini yang selalu menghampirimu? Tatkala semua sangsi, tatkala semua dukungan ditarik pergi? Dad, merekalah sang juara. Karena mereka pantang menyerah untuk mencapai satu tujuan. Yang terdapat pada mereka hanya satu yakni, tekad untuk diakui. Mereka ikuti dorongan mimpi walau jalan nun jauh disana. Dari puncak gunung mereka tetap yakin, dapat meraih bintang. Dan ketika menyentuhnya, ketika tiba pada akhirnya…..

Ada harapan bagi aku dari kejayaan yang mereka raih. Maka, inilah sang juara… Dalam semua perbuatan besar yang setiap mereka lakukan. Hanya hati yang mereka turut dan oleh sebab itu mereka dapat meraihnya.

Satu purnama telah kulalui dengan hati yang suram, penuh dengan lika-liku dan hambatan. Kini saatnya aku meninggalkan purnama yang lampau, aku ingin hidupku lebih baik dari yang kemarin atau yang telah usang. Sore ini aku bergegas mempersiapkan untuk pagelaran busana pertamaku bersama teman-teman agency-ku.

Del, kenapa kemarin kamu tak datang saat fitting baju?” tanyaku pada Adel.

Gini Ndra, kemarin aku ada eksul sampai sore. Tapi kamu kemarin sudah bilang dengan mas Afif….” Jawabnya.

Ya sudah dong, Del. Omong-omong Ari, Anang, Yeni, dan Yati mana kok mereka belum kelihatan?

Indra yang baik…., mereka baru pada jemput Keke dan Novi. Tapi kenapa model cowok hanya sedikit ya…..?” Tanya Adel balik.

Kalu si Doni dia kesininya setelah fitness, si Banyu dan Lanang mereka tadi sms, kalau mereka berdua ke salon dulu untuk perawatan. Toh nanti kita tampil jam 9 malam!” jawabku santai.

Gilingan (gila, red) juga mereka ya, sempat-sempatnya fitness dan pergi perawatan ke salon.” Sahut mas Afif menyambung pembicaraanku dengan Adel.

Menit ke menit aku lalui sembari memulas wajah dengan beberapa make-up dengan sedikit candaan Adel dan mas Afif. Tak lama kemudian datanglah Ari, Anang, Yeni dan Yati bersama Keke dan Novi.

Ndra, sudah tancap juga ya…..” ungkap Yati.

Indra…… dia tak mungkin telat kalau disuruh make-up…..” sahut Keke, Yeni dan Novi serempak. Beberapa saat kemudian mereka pun menyusul untuk bermake-up karena untuk model cewek harus melalui penataan rambut yang cukup rumit.

Malam yang dingin mulai menghembuskan angin malam yang jahat, sekelompok kelelawar pun bertebaran untuk mencari makan demi kelangusngan hidupnya. Ini adalah malam yang sangat menegangkan bagiku karena inilah malam tahun baru yang sangat menggembirakan serta sedikit menegangkan. Malam ini adalah malam pertama kali aku mengenal dunia hiburan yang sesungguhnya. Seolah aku tak memiliki beban apapun. Bersama teman-teman, kami berangkat dari studio menuju tempat show kami. Oh Tuhan, akhirnya aku dapat menghela nafas dengan lega walaupun hanya sementara saja.

Jam tanganku telah menunjukkan bahwa kini sudah tepat pukul 22.30, artinya kelompok kami sebentar lagi harus benar-benar mempersiapkan diri untuk memperagakan busana rancangan seorang prancang ternama di kotaku.

Satu jam telah berlalu, ketegangan mulai mengendur, renunganku pun mulai datang menghampiriku. “Kalau saja tak ada teman-teman disini, mungkin acara ini sudah bubar sejak awal. Terima kasih Tuhan, sebenarnya aku sangat menginginkan dapat terjun langsung ke dunia hiburan lagi setelah sekian lama bersembunyi dari kepenatan dunia hiburan.” Kataku dalam hati.

Sebagai pimpinan acara, Mas Afif pun mendekatiku dan memecahkan lamunanku dimalam yang bising suara terompet. “Indra, tak ada sesuatu pun yang dapat kau cari di dunia hiburan yang serba glamour ini. Semua ini hanyalah permainan dan permanian. Selebihnya kau hanya akan menyesal karena ditinggal oleh waktu dan kau akan merasa kelelahan dengan semua ini.” Ungkapnya dengan bijak.

Tapi Mas, aku ingin sekali mematangkan karirku. Aku ingin sekali menjalaninya dengan optimal.

Indra, dulu kamu pernah belajar dari buku dan sekolah. Tetapi dalam kenyataannya, kamu lebih memilih dunia modeling yang lebih menggairahkan. Bukannya mas Afif ingin mencampuri urusanmu dan menghalangi usahamu dalam karir, hanya saja sebelum usiamu kadaluarsa, sebaiknya kau mencari pekerjaan yang lain sesuai bidang sekolahmu.

Iya juga sih mas, orang tua juga kurang setuju kalau aku harus terjun terlalu dalam didunia hiburan. Tetapi ketika mereka aku tanya tentang alasan mereka, hanya sesuatu yang tidak masuk akallah yang keluar dari mulut mereka. Dad dan Mom lebih suka mendiskriminasikanku. Seolah aku ini adalah sekedar sampah dalam kelurga. Dad dan Mom juga memaksaku untuk dapat bekerja sebagai pengabdi pemerintah.” Jawabku dengan sedikit ragu walau hidupku memang dipenuhi dengan hal yang meragukan.

Indra, kamu sudah lulus sekolah?

Belum mas, aku masih kelas tiga SMA. Lagi pula, bukankah menjadi seorang fashion designer dan model itu juga bekerja?”

Bekerja? Memang jika kamu menjadi perancang busana disana kamu akan mendapatkan sesuatu hal yang pasti. Tetapi menjadi seorang model, bukanlah pilihan yang tepat karena di dunia modeling tak ada masa depan. Ingat dan camkan omongan mas Afif, memelihara sebuah karir lebih susah dari pada memlihara seribu domba!

Tapi sanggar ini tetap beroperasi? Lagi pula Indra hanya ingin mematangkan dan lebih optimal dalam mengerjakan sesuatu hal. Indra tak ingin bekerja seperti biasanya yang terkenal hanya setengah-setengah dan tidak pernah tuntas.” Sahut Adel yang ternyata sudah lama mendengar pembicaraan kami.

Indra, pepatah mengatakan bahwa orang yang membagi cinta bak sungai yang bercabang dua. Menjalani dua pekerjaan yang berbeda akan membawa kedangkalan dan kekhawatiran.” Ujar mas Afif.

Namun pepatah itu hanya sebuah kiasan belaka yang berupa syair. Di dunia model ini aku hanya ingin mematangkan tubuh dan jiwa. Agar keduanya kenyang bermain-main hingga tiba masanya untuk memilih. Memilih antara dua pilihan, apakah itu cinta ataukah kewajiban. Terima kasih ya mas Afif dan kau Adel, kalian berdua telah bersedia mendengarkan uneg-unegku.

Pesta kembang api di kota pelajar ini telah dimulai dengan seru. Akan tetapi perasaanku tak sebaik tutup tahun ini. Sering sekali aku mengibaskan kenangan masa lalu yang terlalu dinilai inosen namun benar-benar dramatis. Cinta yang suci dan sangat sakral memang tidak dapat memilih, akan tetapi kehidupan diluar sana hanyalah keegoisanlah yang dapat memilih dengan mudah.

Saat Anton (seseorang berkewarganegaraan Belanda yang pernah mengisi indahnya hidup Indra selama hampir 5 tahun, red) kembali datang ke dalam hidupku, aku mulai bertanya-tanya dimana sosok Sulis kini? Sudah lama masa manis denganya berlalu? Dan masihkah ia di atas panggung sandiwara kehidupan? Memang hidupku semacam drama yang acap kali dimainkan oleh setiap insan, akan tetapi perilaku seksualku yang tidak mungkin semuanya dapat menerima dan dapat menjalaninya. Aku kembali ditakuti dengan apa yang telah terjadi. Aku sendiri merasa bahwa “Dia” telah melupakan pentas karena jalan hidupnya telah berubah 360 derajat. Hidupku kini merasa hampa walau saja aku telah mendapat pengganti Sulis akan tetapi kehidupanku dengan Anthon sangatlah berbeda, apa lagi hidup ini tanpa ada motivasi dari diriku.

Apakah aku yang terlalu cepat melupakan Sulis sehingga aku lupa terhadap pengorbananku selama ini? Dalam setiap mimpi-mimpi indahku, ku s’lalu didatangi oleh suara hatiku yang selalu berkata jujur. Dan ia berkata, “Indra, sesungguhnya cinta itu tak pernah ada dalam keindahan tubuhmu kecuali cinta itu sendiri yang menyusun tubuhmu diantara jantung dan hatimu. Oleh karena itu, biarkanlah rindu tanpa daging dan segumpal darah. Karena itu adalah mahar cintamu, simbah mawar dan kekasih dalam jiwamu yang sebenarnya. Indra, semua ini tak perlu kau ragukan lagi. Percayalah, keraguan yang selalu menghampirimu itu adalah hal yang maya.

Sudahlah ini adalah jalan yang terbaik untukku. Aku akan menjalaninya dengan kesungguhan hati, walau saja banyak orang yang belum dapat menerima kehadiranku sesungguhnya, tetapi aku tetap mantap dan yakin bahwa kaum gay bukanlah orang yang kelainan jiwanya. Mereka semua normal, hanya saja mereka berbeda orientasi seksualnya. Teman-temanku selalu mengira bahwa aku ini sosok orang yang tak pernah merasakan duka melainkan aku selalu merasakan kebahagiaan. Tetapi sungguh, aku ini sama seperti dengan orang kebanyakan. Pernah merasakan dicintai, dan dibenci. Dan juga pernah merasakan disayangi dan dikhianati. Seandainya saja aku tak pernah merasakan sakit hati dan hanyalah rasa senang, pastilah jiwaku telah rapuh dan aku tak mungkin dapat bertahan. Namun aku dapat tegar dengan semua ini. Hingga akhirnya jiwaku memang terbukti bahwa jiwaku tak mudah rapuh. Dan aku masih mengharap untuk semua, mencari teman itu jangan dilihat dari siapa orang itu tapi lihatlah dia itu dari hatinya. Karena kaum gay tak ingin dipanggil gay.[*]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
SPOT ABU-ABU - Free Blogger Templates, Free Wordpress Themes - by Templates para novo blogger HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords